4 Kue Tradisionil Ciri khas Jambi
Apa kawan dekat Qureta sukai memakai kue tradisionil Indonesia? Kalau iya, kalian termasuk satu diantaranya pencinta kebudayaan Indonesia.
Meskipun beraneka kue di luar negeri udah masuk serta berkompetisi dengan kue tradisionil di Indonesia, kita perlu selalu mengontrol kue tradisionil jadi warisan leluhur serta jatidiri bangsa.
Tiap-tiap propinsi pastinya punyai kue tradisionil. Coba kawan dekat Qureta renungkan kesenangan rasa kue tradisionil dari wilayah kalian! Hmmm... nikmat, kan? Nah, rupanya kue tradisionil ciri khas Jambi rasa-rasanya tidak juga kalah nikmatnya loh.
Kue dengan bahasa Jambi merupakan joda. Wah, bahasanya unik ya. Saya mendadak jadi ingat film India. Kalaupun kawan dekat Qureta main ke Jambi, kalian mesti coba joda-joda unik berikut!
1. Yoda Kote
Kawan dekat Qureta sudah pernah memakai kue tradisionil berwujud hidung manusia? Kalau belum, sobat-sobat butuh main ke Jambi, utamanya di Kabupaten Sarolangun, lantaran kue ini adalah kue ciri khas wilayah sana.
Kue yang memiliki nama yoda kote atau biasa dimaksud kue hidung ini termasuk juga jajanan tradisionil yang dapat dipasarkan jadi takjil di bulan Ramadhan.
Warna ciri khas susunan luarnya yang hijau merupakan kombinasi di antara tepung ketan, daun pandan, serta santan kental. Sesaat isi sisi dalamnya dibuat dari parutan kelapa muda yang di masak dengan gula aren. Kue ini rata-rata dibungkus dalam plastik.
Kue yoda kote yang nikmat ini rata-rata kerap pula dibawa jadi oleh-oleh. Menurut sejarahnya, mula-mula pengerjaan kue ini dijalankan oleh orang mudik, yang pasti di wilayah Pelawan, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
Lantas rupanya citarasanya dapat diterima orang umum maka dari itu kue ini terdapat banyak disenangi sampai sekarang.
2. Cepak Kapung
Sudah pernah dengar kue yang memiliki nama cepak kapung? Kalau belum, kalian pasti butuh mencicipinya lantaran citarasanya yang manis, kenyal, serta lumer mengakibatkan resiko tenang serta membuat suka.
Kue ini ada yang dibikin berwarna putih, juga ada yang berwarna hijau. Isi dalamya yang berwarna cokelat dibuat dari santan serta gula aren. Rata-rata kue ini banyak dipasarkan pada waktu bulan Ramadhan saja.
Kue cepak kapung ini merupakan kue ciri khas di wilayah Terusan Kabupaten Batanghari Propinsi Jambi. Kue ini tak ada pada propinsi lain loh. Cuma ekslusif ada pada Jambi.
Waktu saya kecil dulu, pakcik sudah pernah ajakku ke rumah nenek buyut yang ada pada sana. Saya menyebutnya dengan panggilan nyai. Nyai mengatakan kue ini punyai filosofi spesifik.
Kue memiliki bahan basic ketan ini dibikin lewat cara manual/tidak dengan alat bikin kue, ialah dengan jari-jari nyai yang udah menua. Kuenya punyai wadah serta isi. Kata nyai, wadah kue ini sama juga dengan akhlak manusia, sesaat didalamnya merupakan perlambang pengetahuan yang berfaedah.
Oh ya, nyai mengatakan kalaupun wadah kue dibikin kurang bagus, jadi dia dapat bocor. Nah, maka itu kue ini dinamakan cepak kapung.
Kue ini cuma tahan 1 hari saja, jadi waktu itu saya serta pakcik cepat menghabiskannya. Kata nyai kita jangan membuang-buang makanan lantaran buang makanan itu aksi tak terpuji.
"Anak pandai buang makanannya ke perut, bukan ke tong sampah," tutur nyai.
3. Takik Beruk
Saat pertama kalinya dengar nama takik beruk, saya mendadak ingat monyet-monyet di kebun binatang. Namun, rupanya takik beruk merupakan kue tradisionil ciri khas Jambi yang datang dari Dusun Sungai Arang, Kecamatan Bungo Dani, Kabupaten Muaro Bungo.
Kue tradisionil ini termasuk unik. Kalau rata-rata, kue tradisionil dibungkus dengan daun pisang, kue takik beruk dimasukkan ke tanaman kantung semar.
Tumbuhan kantung semar ini dicapai dari rawa-rawa kurang lebih Sungai Arang atau barangkali di Sungai Arang tersebut. Oh ya, takik dengan bahasa melayu Jambi bermakna cangkir. Takik beruk sama punya arti dengan cangkir monyet.
Bahan basic mau membuat takik beruk merupakan ketan yang dikombinasikan dengan santan serta garam. Sesaat untuk model rasa-rasanya sendiri beraneka, sobat-sobat. Ada yang berwujud tepung lalu di campur dengan daun pandan atau srikaya.
Juga ada yang dibuat dari ubi serta gula merah, tapi bungkusnya tetap dari kantung semar. Awal mulanya adonan di masak, sehabis masak serta rada hangat lalu dituangkan ke kantung semar yang sudah dibikin bersih!
Kue tradisionil ini rata-rata disiapkan pada hari-hari teristimewa, seperti isra' mikraj, maulid nabi, hari raya keagamaan, serta acara pesta pernikahan. Hmm....rasa manisnya benar-benar mengajak. Saya baru kesempatan ini makan kue dari tumbuhan kantung semar.
4. Celokote
Satu lagi kue tradisionil Jambi yang unik yang memiliki nama celokote. Kue memiliki bahan basic ketan ini datang dari Desa Terusan Kabupaten Muaro Jambi. Punyai bentuk menyerupai sekali dengan pastel, tetapi warna kue celokote merupakan hijau. Kue celokote ini ada didalamnya pula loh ialah, parutan kelapa yang di campur gula aren.
Rata-rata kue tradisionil Jambi memang berwarna hijau. Warna ini diperoleh dari daun pandan yang banyak dibudidaya oleh orang Jambi. Tidak hanya itu, warna hijau pada kue melambatgkan kesuburan, ialah Propinsi Jambi Permainan judi virtual diberkahi kesuburan alam perkebunan, yang dapat difungsikan oleh penduduknya.
Kalau Kawan dekat Qureta ingin tahu dengan rasa-rasanya yang manis serta empuk, kalian dapat membeli di Pasar Terusan. Tapi, kue tradisionil ini sedikit dipasarkan bebas di beberapa toko kue kekinian.
Kue tradisionil celokote ini adalah resep turun-temurun dari leluhur yang udah ada sudah lama, ialah mulai sejak masa penjajahan. Dulunya, kue ini sudah pernah jadi diva. Tapi, seiring waktu, telah banyak sekali kue-kue kekinian yang masuk maka dari itu kue celokote tak setenar kisah lampau.
Esok kalaupun udah kembali lagi Jakarta, saya dapat ceritakan enaknya kue ini ke teman-temanku. Meskipun di Indonesia telah banyak makanan di luar yang masuk serta diminati oleh banyaknya yang menyukai, kita sebagai generasi penerus bangsa perlu selalu menyintai kuliner tradisionil dari kota kita sendiri.
Kenapa mesti begitu? Lantaran ini jadi bentuk sebetulnya kita menyintai negara kita. Kue tradisionil merupakan jatidiri keberagaman negara Indonesia.
No comments:
Post a Comment